Selasa, 06 Agustus 2013

Sag Pemimpi, Sang Pemimpin


Habis gelap terbitlah terang, banyak yang berharap tak pernah ada kegelapan di dunia ini. Andai hari adalah pagi, tidak ada senja dan malam yang berlarut-larut dalam kesunyian. Tidak ada kesepian yang malam torehkan pada kehidupan manusia. Beberapa orang membenci malam seperti mereka benci pernah dilahirkan. Ada kalanya pada sebagian manusia kegalapanlah yang memberi kekuatan untuk tetap bertahan akan kerasnya kehidupan. Mereka adalah orang-orang yang tau caranya berterimakasih kepada Tuhan.
            Setiap hari muncul bibit-bibit kehidupan baru, bibit-bibit itu tumbuh dengan cepat. Ada kehidupan, sebuah kelahiran yang patut disyukuri seharusnya. Sebab manusia dicipakan bukan cuma seonggok daging yang memiliki nyawa, namun manusia juga memiliki akal pikiran juga mimpi yang patut dibanggakan, dengan itu manusia patas berjejalan memenuhi bumi ini untuk berjalan, berlari dan walaupun ada juga yang hanya diam. Untuk sebuah akhir yang tidak bisa ditebak mereka mempertaruhkan segalanya.
            Orang-orang yang tau caranya berterimakasih kepada Tuhan mereka tetap membodohkan diri, tidak pernah mendewasa, mereka selalu percaya seperti bayi selalu percaya pada apa yang ia dengar. Mereka percaya mereka punya kuasa atas masa depan mereka. Mereka berlari, berlari lebih kencang dari orang lain, berharap nasib baik segera menyambut tangan mereka, berharap usaha mereka mampu meluluhkan hati Yang Maha Membuat Takdir. Seperti anak kecil yang bermimpi, seperti orang yang terlelap sedang pikirannya berkelana di alam bawah sadar. Orang-orang itu terus bermimpi, untuk mimpi dan karena mimpi adalah tujuan hidup mereka. Kita menyebut mereka Sang Pemimpi, kelak Sang Pemimpi itu akan menjelama sebagai Sang Pemimpin.
            Sore itu dihabiskannya senja dipematang sawah. Memandangi matahari yang tenggelam adalah ritual wajibnya, sebab salah satu mimpi terbesarnya adalah pergi kemana matahari bersembunyi. Dia tidak suka malam, malam membuatnya takut terkadang. Malam adalah gelap dan gelap adalah ketakutan.
Angin sore mengibas rambutnya yang terurai sepundak, mengacak-acak poninya yang memang tak pernah rapi. Matanya selalu waspada, ditengah belahan alisnya selalu mengkerut, tanda bahwa ia adalah seorang pemikir. Apa yang ia pikirkan? Sesuatu yang tidak bisa membantu masalahnya sendiri, sebab ia selalu memikirkan orang lain, sok peduli dengan masa depan mereka padahal tak satupun yang mampu anak perempuan ini perbuat untuk sesamanya.
Senja semakin larut menjadi malam, angin pun semakin dingin menusuk sampai tulang rusuk layaknya ribuan jarum yang menyerang, itulah angin malam. Kali ini ia tak memperdulikan angin yang berangas menyerang tubuhnya, senja ini ia ingin mengenal malam dan kegelapan. Ia ingin mengenal bintang yang legendanya sangat menakjubkan juga mengenal legenda sang rembulan yang mempesona. Ia membiarkan jaketnya tersampir dipundak begitu saja, tak jua ia kenakan lalu merapatkan kancignya. Seperti yang sudah dikatakan, karena ia ingin mengenal malam.
Sepatah demi sepatah memori memenuhi otaknya, menyeret bayangan masa lalu kedalam benaknya kembali. Ia ingat dengan pengalamannya pergi ke Jakarta beberapa tahun silam, dimana ia melihat puluhan anak kecil merangas dibakar terik matahari. Berdiri membawa kencrengan sambil melantunkan lagu-lagu yang terdengar menyayat-nyayat hatinya. Betapa banyak ketidak adilan di dunia ini bagi mereka. Beralas kaki sandal jepit sisihan dan rambut gimbal tak karuan. Dimana kehidupan di dunia mendahului siksa neraka. Mungkin lebih baik adalah tidak pernah ada, tidak pernah dilahirkan lebih tepatnya.
Di ambilnya MP4 dari saku jeans, lalu diputarnya lagu Potret Hitam Putih karya Ebiet …
Coba kalian dengar lagi satu cerita dariku
Adalah seseorang bersiul riuh tak menentu
Ia hanya ingin membuang deburan resah di hati
Ia hanya ingin melepas dendam panas membakar sepi

Setelah lepas SMA terpaksa jadi anak jalanan
Digantungkan rindu bangku-bangku pada malam hening dan bisu
Dibayangkan kawan sebaya telah pada sarjana
Sedang baginya bertumpuk beban, tak seranta dirampungkan
Hatinya pilu mendengar lagu itu, mengisahkan tentang seorang anak yang harus lulus SMA di jaman sekarang ini. Betapa ia ingat tentang pengorbanan kakak pertamanya yang harus pergi ke luar negeri menjadi TKI disana, meninggalkan keluarga yang dicintai, menangis rindu setiap malam pada keluarga, belum lagi kerinduannya pada ilmu pengetahuan.
            Lalu tanpa disadarinya jatuhlah air matanya, mengenang kakaknya. Kalau bukan karena kakaknya sekarang ia juga sudah menyusul ke luar negeri, atau mungkin menikah karena desakan orang tuanya yang kolot. Tapi kakaknya menyekolahkannya, mendukung impiannya untuk melanjutkan study, kakaknya seorang lulusan SMA yang berakhir menjadi babu disebuah rumah yang jauh dari kasih sayang, mengorbankan masa mudanya untuk menyekolahkan adiknya.  Baginya, kalau surga ada di telapak kaki ibunya, maka pintu surga itu ada dibawah telapak kaki kakaknya.
            Dia selalu terkesan dengan puisi-puisi kakaknya, indah lebih indah dari puisi siapapun. Dia menggumi kakaknya, akan semua perjuangannya yang ingin menyekolahkan dirinya, ia kagm akan senyum kakaknya yang mampu membungkus kepiluan hatinya dengan senyuman yang dipaksa. Kakak adalah yang terbaik dan orang yang paling baik pada dirinya.
            Sungguh banyak orang-orang yang cemerlang yang harus berakhir tragis di dunia yang ia kenal ini. Teman SDnya yang minggu lalu sudah menikah, padahal umurnya masih 16 tahun. Teman SDnya itu menikah setelah menyelesaikan pendidikan SMP. Kali ini karena sama, karena orang tuanya yang kolot memaksa anak perempuannya menikah muda, karena alasan tidak ada biaya untuk memberikannya kehidupan yang semestinya orang tua berikan pada anaknya. Orang tuanya menyuruh saja seorang laki-laki yang umurnya 10 tahun lebih tua darinya menikahi anak itu.
            Dia benci dengan orang tua, semua orang tua yang bisanya hanya membuat anak tapi tak pecus menghidupi anaknya, tak mampu memberikan kesejahterahan. Punya anak banyak akan tetapi tak satupun yang bisa jadi sarjana. Kalau ada anak yang durhaka kepada orang tua maka banyak  juga orang tua yang mendurhakai anak-anaknya.
            “Huuuffft….”, dihembuskannya nafas dengan berat.
“Siapa yang harus disahkan atas apa yang sedang terjadi”, pikirnya.
“Mungkin Tuhan, para orang tua, atau pemerintah?”
            Lanjutnya, “Bukan, bukan Tuhan, Tuhan menciptakan manusia dengan kelebihan, dengan akal dan pikiran, semua manusia punya pilihan dan pilihan itu mereka sendiri yang menentukan.”
“Lalu apakah orang tua yang beranak pinak tanpa peduli masa depan anaknya? Bukan, juga, bukan. Tidak pernah ada yang mau mengalami penderitaan saat melahirkan, membesarkan bayi, selain seorang ibu dan seorang ayah yang besar cinta kasihnya kepada darah daging mereka. Itu cukup menjadi sebuah pengorbanan yang patut dihargai semua anak didunia ini.”
“Kalau begitu…”, bisiknya.
“Apakah pemerintah yang patut dipersalahkan? Digaji sangat mahal sedang sedikit sekali memberi perubahan. Kesana kesini pakai mobil plat merah, loe piker itu mobil siapa??? Lalu, belum lagi ditambah perintah busuk yang korupsi, tidak peduli penderitaan sesamanya, ngakunya berpendidikan lulusan universitas jempolan, tapi tidak punya hati dan buta undang-undang. Ya, memang semua ini, putus sekolah dan kekurangan yang masih terjadi dijaman modern ini adalah salah pemerintah busuk itu.”
“Tapi…” katanya kemudian.
“Seorang pemerintah mempunyai atasan, dan atasannya mempunyai atasan. Atasan dari semua atasan disebuah negara adalah Presiden.”
“Presiden, presiden… kalau saja presiden lebih ketat membuat undang-undang, hokum pancung untuk seorang koruptor, mungkin semuanya lebih sedikit dipermasalahkan. Buktinya penjara untuk seorang hukuman koruptor bisa ditebus dengan uang. Kenapa?”
 “Sudahlah”, gumamnya lirih pada dirinya sendiri.
“Andai aku jadi presiden aku akan menghukum pancung semua koruptor di negara ini, seperti hukuman yang diberikan bagi seorang teroris. Memberikan 50% pendapatan negara untuk kepentingan pendidikan, agar semua anak bisa bersolah, bisa jadi sarjana. Tidak ada lagi putus sekolah karena biaya, bukan cuma anak berprestasi saja yang disekolahkan negara, tapi semua anak di negara ini. Semua anak berhak atas pendidikan, semua anak. Siapa sih yang ingin jadi orang bodoh? Tidak ada! Jadi tidak ada alasan membedakan anak pandai dengan yang kurang pandai, tidak ada yang berhak membeda-bedakan hak masing-masing anatara mereka”
“Andai saya jadi presiden…” 

FesTIK
KBS

http://festiksinjai.blogspot.com/
http://komunitasblogersinjai.blogspot.com/

Sabtu, 23 Maret 2013

Cinta untuk menderita

Karena sebuah cinta kita hadir...
Lalu dengan cinta pula kita mengisi hidup ini...
Cinta adalah semerbak jiwa kita yang mengharum bersama untaian ketulusan hati...
Untuk itulah Tuhan menciptakan cinta...

Oh... betapa indahnya...
Sayang...
ketika cinta pernah membuatmu bahagia..
Ingatlah bahwa ia juga bisa membuatmu sengsara...

Okelah...
Hidup di dunia ini bukankah harus ada penderitaan dan kebahagiaan
Baiklah tak mengapa...
Kita anggap imbalan yang setimpal untuk secercah kebaikan adalah sederet duka yang tiada dirasa...

Selasa, 17 Januari 2012

Hati Nurani (Versi Mario Teguh)

Kau yang merasa dirimu adalah pelaku kebenaran, renungkanlah ini.

Sejatinya tak ada satu pun kebenaran yang kau lakukan tanpa tuntunan dari Tuhan Yang Maha Pemurah. Kau sama halnya dengan setan-setan terkutuk yang berdiri diatas kesombongan dan kebahtilan. Setiap jengkal anggota tubuhmu bersemayamlah setan-setan yang abadi.
Namun Tuhan Yang Maha Pengasih merahmatimu, menanamkan sebuah cahaya suci dalam ragamu yang bersatu dengan pribadi mu. Cahaya yang terang dalam kegelapan dan akan tetap bersinar terang walaupun diantara sorotan cahaya lainnya. Sebutlah cahaya suci dengan sebutan Hati Nurani.

Hati Nurani yang menunjukkan mu tentang kebenaran.
Yang memekikan doa-doa ketika nyanyian setan mendalun-dalun merayu mu.
Yang menerangi jiwamu ketika kelamnya dunia membelenggu mata mu.
Yang membujukmu bangkit kembali ketika kegagalan menjatuhkan mu.

Pikirkanlah, apa jadinya dirimu tanpa hati nurani mu?

Kamis, 08 Desember 2011

Perpisahan

Tentang perpisahan.
Selalu ada perpisaha disetiap pekenalan. Kita terlahir ke dunia, dan kelak dikembalikan ke alam baka. Perpisahan adalah hal yang menyakitkan, namun begitulah, bukankah tak jarang kenyataan yang selalu menyakitkan.

Itulah perpisahan...
Sebuah tragedi yang sangat memilukan, meninggalkan kenangan, dan siksaan berupa kerinduan kepada orang-orang yang meninggalkan kita. Air mata adalah tanda, tanda betapa kita tak menghendaki sebuah perpisahan.

Jarak dan waktu memang selalu berhasil memisahkan kita dengan orang-orang yang kita sayangi. Akan tetapi ingatlah selalu tentang satu hal bahwa tak ada yang pernah bisa memisahkan hati dan jiwa kita dengan orang-orang yang kita kasihi. Pikirkan wajah-wajah mereka saat Anda merindu, senyuman ramahnya, suara yang tentramnya, ingatlah semua hal tentang kebaikannya.
Menangislah jika itu bisa membuatmu merasa lebih baik.

Percayakan pada alam, alam akan menyampaikan rasa rindu mu pada mereka yang sedang kau rindukan.

Hiduplah dalam mimpi mu

Kembali tangis kami berkumandang...
Oleh kehidupan yang sangat kejam...
Kejam... Kenyataan yang mengekang raga kami, seperti penjara jiwa dan harapan..

Kami bertanya, "Tuhan kenapa Engkau memberi kami kehidupan? Disini kami sangat tertekan".

Kami mulai putus asa, tetes demi tetes air mata yang mengalir membuat mata kami semakin pedih, ditambah oleh debu debu hidup, niscaya memerahlah mata ini...kami semakin sulit untuk melihat jalan kebenaran.

Setiap masalah datang tiap harinya, hidup kami semakin sesak oleh masalah yang hadir tiada akhir.
Ada kiranya kami lelah dengan semua ini... Kami berpikir, " jika saat ini Tuhan mengambil jiwa kami, semua penderitaan dunia akan berakhir. Tak ada lagi permasalahan hidup yang menjerat leher kami."
Akan tetapi.... "pastilah panas api neraka siap memanggang jiwa kami yang penuh dosa".
Kami urungkan pikir bodoh ini, jauh jauhkan cara pikir kami dari hal konyol itu.

"Oh Tuhan, kami lelah terus berjalan, namun kami takut kembali dengan kekalahan perbudak para iblis jahanam", begitu keluh kami.

"TIDURLAH DAN BERMIMPILAH"
mimpi adalah surga untuk jiwa yang kelelehan. Bangkitkan imajimu dan buatlah imajimu seperti surga yang kau dambakan. Bangkitkan jiwa yang telah mati, nyalakan api harapan yang padam. Larilah dan larilah, tertawalah, menarilah dalam mimpi mu. Jika dunia terlalu panas panggang perasaan mu, dinginkan jiwa mu dalam imaji mu.
Dunia nyata tak mau menerima mu, hidup lah dalam mimpi mu!!!

Jumat, 02 Desember 2011

BUKAN sombong

Saya yakin, Tuhan ada di dekat ku. Didalam hati ku, memberi petunjuk setiap jalan ku.
Kenapa saya harus takut melangkah?? Tuhan memberi penerang dalam kegelapan, memancarkan cahayaNya sebagai petunjuk jalan.

Kenapa ketidak sempurnaan harus menghentikan langkah saya? Bodoh bukan, semua orang punya ketidak sempurnaan, hanya seberapa pandai mereka menyembunyikannya. Lalu kenapa saya merasa, hanya saya satu satu nya orang yang tidak sempurna di dunia ini. "TAK ADA ORANG YANG SEMPURNA", percayalah na!

Kenapa saya kerap membandingkan kelebihan dan kekurangan orang lain? Kelebihan bukan untuk di sombongkan, kelebihan untuk menyembunyikan ketelanjangan kekurangan anda. Bukan sombong, saya selalu memikirkan kelebihan saya, membanggakan kehebatan yang saya miliki saat orang-orang mengkritik atau mengejek kekurangan saya. Sekali lagi, itu BUKAN sombong namanya. Maksud saya adalah menghibur hati kecil saya, memberi tahu diri saya, boleh saya saya memiliki banyak kekurangan, namun lihat saja, saya juga masih memiliki banyak kelebihan.

Aku ragu impianku jadi kenyataan (!)

Hatiku terbakar setiap teringat impian-impian ku, lalu asap-asap api berkumpul dan berjatuhanlah hujan air mata dari mata ku.
Impian ku yang sangat tinggi, sampai aku tak bisa melihat ujung-ujung mimpiku. Ya...aku yang bodoh, yang hidup didunia khayal, yang mempunyai mimpi yang begitu tinggi. Aku ragu pada kemampuanku, aku ragu keberuntungan tak membantuku, aku ragu impian ku hanya tinggal khayalan. Aku ragu kekuatan tangan kecil ku bisa mengubah mimpi yang begitu besar menjadi hal nyata. AKU RAGU PADA DIRIKU.

Sering kali ku mendengar, "bermimpilah setinggi langit!", "mimpi adalah kunci untuk mengapai kesuksesan!". Mimpi...
Mimpi ku yang terlalu tinggi membuatku tertekan, mungkin mimpiku akan menjatuhkan ku suatu pagi nanti.

"jika kamu berusaha, Tuhan pasti membantu!" aku tak ingat itu kata-kata siapa, tapi kerap kali semilir angin membisikkan kata-kata itu di telingaku. Aku rasa, kata-kata itu ada benarnya juga. Namun...aku tak akan berani jika hanya mengandalkan kemurah hatian Tuhan untuk membantu. Bukannya aku harus berusaha sendiri, dan memang tak ada yang bisa ku andalkan untuk membantu, bukan?? Meski aku berpikiran seperti itu, bukan berarti aku tak pernah berdoa, setiap selesai sholat, setiap aku ingat, aku selalu meminta "YA ALLAH, BERILAH HAMBA JALAN YANG TERBAIK UNTUK MENGGAPAI IMPIAN HAMBA."

akan tetapi, masih ada keraguan yang begitu besar...aku ragu mimpiku akan menjadi kenyataan (!)